Kisah Nabi Adam عليه السلام (Ibnu Katsir)
Kehendak Allah akan Menciptakan Adam عليه السلام
Kisah Nabi Adam عليه السلام dalam Al-Quran bermula ketika Allah Ta‟ala memberitahu para malaikat bahwa Dia akan meciptakan Adam dan keturunannya yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Allah Ta‟ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sungguh Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.(QS. Al-Baqarah: 30)
Maksud khalifah di sini adalah anak keturunan Adam عليه السلام secara turun temurun, yang satu menggantikan yang lain (dalam memakmurkan bumi), sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-An‟am ayat 165.
Mendengar hal tersebut, para malaikat bertanya kepada kepada Allah Ta‟ala;
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?" (QS. Al-Baqarah: 30)
Hal tersebut disampaikan oleh para malaikat untuk mencari tahu hikmahnya, bukan untuk melecehkan atau dengki terhadap anak Adam عليه السلام sebagaimana dengan keliru dipahami oleh sebagian orang. Sebab, anggapan mereka, kalau Allah ingin menciptakan manusia sekedar agar mereka beribadah kepada Allah di muka bumi, bukankah mereka, para malaikat, adalah makhluk yang selalu menyembah-Nya dan tidak pernah ber maksiat kepada-Nya.
Namun Allah menjawab pertanyaan para malaikat,
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Maksudnya adalah bahwa Allah lebih mengetahui manfaat diciptakannya manusia. Sesuatu yang mereka tidak ketahui rahasianya. Karena akan ada di antara mereka (anak keturunan Adam عليه السلام) yang menjadi Nabi, Rasul, syuhada dan orang-orang yang jujur dengan keimanannya.
Bagaimana Malaikat Mengetahui Bahwa Manusia akan Merusak dan Saling Menumpahkan Darah?
Ada beberapa versi jawaban mengapa malaikat mengetahui bahwa bangsa manusia akan merusak dan saling menumpahkan darah.
Di antaranya, dari pengalaman para malaikat terhadap jin. Sebab, jauh sebelum Adam عليه السلام diciptakan –sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Umar dan Ibnu Abbas-, Allah telah menciptakan jin. Ternyata mereka melakuan pertumpahan darah. Lalu Allah mengutus para malaikat untuk mengusir mereka hingga kepulauan laut.
Adapun Hasan Al-Basri berpendapat bahwa para malaikat mendapat ilham tentang masalah tersebut. Ada pula yang mengatakan bahwa mereka mengetahui perkara tersebut setelah diperlihatkan kepada mereka apa yang terdapat pada Lauhil-Mahfuz.
Allah Ta'ala menciptakan Nabi Adam عليه السلام pada hari Jum‟at, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: "خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا".
“Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dia dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari itu juga dia dikeluarkan darinya.” (HR. Muslim No. 1411)
Kemuliaan Adam عليه السلام
Setelah Nabi Adam عليه السلام diciptakan, Allah memberikannya kemuliaan dengan mengajarkan nama-nama benda yang kemudian dikenal manusia. Setelah itu, benda-benda yang telah diajarkan nama-namanya tersebut disodorkan kepada malaikat dan ditanyakan kepada mereka tentang nama-namanya. Para malaikat tidak dapat menjawabnya. Padahal –sebagaimana diriwayatkan oleh Hasan Al-Basri- ketika Allah hendak menciptakan Adam عليه السلام, para malaikat berkata bahwa tidak ada makhluk yang Allah ciptakan kecuali kita lebih tahu darinya.
Akhirnya mereka mengakui kebesaran Allah Ta‟ala dimana tidak ada satu pun makhluk yang dapat mengetahui sesuatu kecuali jika Dia mengajarkannya. Setelah itu, Allah perintahkan Adam عليه السلام untuk memberitahu para malaikat nama-nama tersebut seraya menyatakan bahwa Allah yang mengetahui segala perkara yang gaib di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang diungkapkan makhluk-Nya ataupun yang mereka sembunyikan.
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, lalu Dia menyodorkan benda-benda itu kepada para malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"
Mereka menjawab, "Maha suci Engkau! Tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Allah berfirman, "Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu tampakkan dan yang kamu sembunyikan?" (QS. Al-Baqarah: 31-33)
Para Malaikat Diperintahkan Bersujud Kepada Adam عليه السلام
Nabi Adam عليه السلام diberikan empat kemuliaan oleh Allah; (pertama), dia diciptakan oleh tangan Allah yang mulia, (kedua), ditiupkan padanya ruh ciptaan-Nya, (ketiga), diperintahkannya malaikat bersujud kepadanya dan (keempat), diajarkannya nama-nama benda.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah: 34)
Malaikat yang diperintahkan bersujud kepada Adam عليه السلام langsung ta‟at dan menunaikannya. Namun Iblis membangkang dari perintah Allah. Dia menolak karena sombong dan merasa lebih mulia dari Adam عليه السلام. Karena dirinya terbuat dari api, sedang Adam عليه السلام terbuat dari tanah.
Karena itu, Iblis dikenal sebagai makhluk yang pertama kali melakukan qiyas (perbandingan). Dia membandingkan dirinya dengan Adam عليه السلام. Maka, karena merasa bahwa dirinya lebih mulia, dia menolak sujud kepada Adam.
Padahal qiyas tidak berlaku jika harus berhadapan dengan nash (wahyu). Di sisi lain, qiyas yang dilakukannya pun tidak tepat. Karena (jika dia menganggap bahwa api yang menjadi bahan dasar penciptaan dirinya lebih baik dari tanah), justru tanah yang lebih bermanfaat dan lebih baik. Sebab pada tanah terkandung sifat-sifat keseimbangan, kesantunan, kelembutan dan pertumbuhan, sedangkan api terkandung padanya sifat-sifat liar, ringan, cepat dan membakar.
Akibat ulahnya, Iblis diusir dari surga dalam keadaan terlaknat. Namun hal tersebut tidak membuatnya bertobat. Justru dia semakin menampakkan kesesatannya dengan meminta waktu penangguhan kematiannya hingga hari kiamat untuk menyesatkan keturunan Adam عليه السلام.
Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap berlaku bagimu sampai hari pembalasan.
Iblis berkata, "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan".
Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
Sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).
Iblis menjawab, "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya,
Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka. (QS. Shaad: 77 83)
Bangsa Apakah Iblis? Dan Terbuat dari Apa?
Allah Ta‟ala berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ ۖ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَ...َدَلًا
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, padahal mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim."(QS. Al-Kahfi: 50)
Hasan Al-Basri berkata bahwa Iblis sama sekali bukan malaikat. Sementara Syahr bin Hausy berkata, “Iblis asalnya termasuk bangsa jin. Ketika bangsa jin dahulu melakukan kerusakan di muka bumi, Allah mengutus tentara dari kalangan malaikat untuk memerangi dan mengusir mereka ke kepulauan laut. Namun Iblis termasuk yang tertawan, kemudian dia dibawa ke langit dan menetap di sana.”
Perintah Allah kepada Iblis untuk turun (QS. Al-A‟raf: 13) atau keluar (QS. Al-A‟raf: 18) menunjukkan bahwa dia asalnya berada di surga, lalu diperintahkan kepadanya untuk turun dan keluar dari kedudukan yang dia raih berkat ibadah dan ketaatannya kepada Allah sehingga disamakan dengan para malaikat dalam ketaatan dan ibadahnya. Namun akhirnya kedudukan tersebut dicabut oleh Allah karena kesombongan, kedengkiannya, serta penentangannya terhadap perintah Allah Ta‟ala.
Jin terbuat dari api, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ.
خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم
Diciptakan para malaikat dari cahaya, jin dari nyala api, dan Adam dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian."(HR. Muslim, no. 2996)
Hawwa Diciptakan Sebagai Pendamping Adam عليه السلام
Setelah Iblis dikeluarkan dari surga, Adam عليه السلام tinggal di dalam surga. Namun, tanpa pendamping, dia merasa kesepian. Suatu saat dia tertidur, dan ketika bangun dari tidurnya tiba-tiba di hadapannya ada seorang wanita sedang duduk yang Allah ciptakan dari tulang rusuknya. Lalu Nabi Adam عليه السلام bertanya kepadanya,
“Siapa kamu?”
“Seorang wanita.” Jawabnya
“Untuk apa engkau diciptakan?”
“Agar engkau tenang hidup bersamaku.”
Para malaikat yang telah mengetahui ilmu Adam عليه السلام, bertanya,
“Siapa namanya wahai Adam?”
“Hawwa.” “Mengapa dinamakan Hawwa.”
“Karena dia diciptakan dari sesuatu yang hidup ) (حي) ,”
Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Hawwa diciptakan dari tulang rusuk (Adam عليه السلام) yang paling pendek di sebelah kiri, kemudian bekasnya tersebut diganti dengan daging.
Masalah ini telah disiratkan Allah Ta‟ala dalam firmannya,
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan isterinya; lalu dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (QS. An-Nisa: 1)
Rasulullah ﷺ, juga menyinggung masalah ini dalam sebuah sabdanya, ٍ
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan berwasiatlah baik kepada perempuan, karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika kamu berusaha meluruskannya, kamu akan mematahkannya. Jika kamu membiarkannya, ia akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah baik kepada perempuan." (HR. Muslim, no. 2671)
Tinggal di Surga dan Larangan Makan Pohon
Allah Ta‟ala memerintahkan Adam عليه السلام dan Hawwa untuk tinggal di surga dan mempersilahkan mereka memakan apa saja yang disukainya dari makanan surga. Akan tetapi mereka berdua dilarang untuk mendekati sebuah pohon.
Allah Ta‟ala berfirman,
َوَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا ۖ وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
"Dan Kami berfirman: 'Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, tetapi janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim"
Tidak dijelaskan apa nama pohon tersebut. Ada yang berkata bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon anggur. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah pohon gandum atau pohon kurma.
Seandainya ada manfaat dalam penyebutannya, niscaya hal tersebut sudah disebutkan oleh Allah Ta‟ala.
Hakikat Surga yang Pernah Dihuni Nabi Adam عليه السلام
Para ulama juga memperbincangkan masalah surga yang Allah perintahkan Nabi Adam عليه السلام untuk tinggal di dalamnya. Apakah surga yang dimaksud adalah surga yang berada di langit dan akan menjadi tempat orang-orang beriman kelak atau surga yang ada di bumi?
Jumhur ulama berpendapat bahwa surga yang dimaksud adalah surga yang berada di langit dan yang akan menjadi tempat kembali (orang beriman di hari kiamat), berdasarkan firman Allah Ta‟ala,
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
Hai Adam, tempatilah oleh kamu dan isterimu surga ini. (QS. Al Baqarah: 35)
Alif dan Lam dalam kalimat نجلا menunjukkan bahwa surga adalah sesuatu yang telah dikenal dan tertanam dalam pemahaman berdasarkan syariat, yaitu surga yang akan menjadi tempat kembali (di hari kiamat). Karena itu ketika Nabi Musa عليه السلام mendebat Nabi Adam عليه السلام, dia berkata kepadanya,
أَنْتَ آدَمُ الَّذِي خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ، وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ، فَلِمَ أَخْرَجْتَنَا وَنَفْسَكَ مِنَ الْجَنَّةِ؟
Pendapat ini cukup kuat karena didukung dalil yang menunjukkan bahwa surga yang dimaksud adalah surga tempat kembali.
Namun ada sebagian orang yang berpendapat bahwa surga yang dimaksud adalah bukan surga abadi. Karena di surga tersebut Adam mendapat larangan untuk memakan pohon, tertidur di dalamnya, kemudian dikeluarkan darinya, dan (bahkan) Iblis dapat masuk ke dalamnya. Itu semua merupakan alasan bahwa surga tersebut bukanlah surga tempat kembali.
Namun demikian, mereka yang berbeda pendapat dalam masalah ini sepakat berpendapat bahwa surga dan neraka telah ada sejak sekarang berdasarkan petunjuk ayat-ayat dan hadits-hadits yang sahih.
Iblis Menggoda Adam عليه السلام dan Hawwa
Mengetahui bahwa Allah melarang Adam عليه السلام dan Hawwa memakan salah satu pohon yang ada di surga, maka Iblis membisikkan Adam dan isterinya dengan berpura-pura ingin menasehati dan menghendaki kebaikan kepadanya. Dia katakan bahwa alasan larangan tersebut bertujuan agar Nabi Adam عليه السلام tidak menjadi malaikat dan kekal di surga. Karena itu, dia menyebut pohon yang dimaksud dengan sebutan pohon Khuldi (pohon keabadian).
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang menutup mereka yaitu auratnya. Setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (di dalam surga)." (QS. Al-A’raf: 20)
Boleh jadi sifat-sifat pohon tersebut diterangkan sebagiannya dalam hadits Rasulullah ﷺ, beliau bersabda,
“Sungguh di surga ada sebuah pohon di mana jika seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun.” (H.R. Muslim No. 5056)
Adam dan Hawwa terpedaya oleh bujuk rayu setan. Hawwa makan lebih dahulu sebelum Adam dan dialah yang membujuk Adam untuk memakannya, wallahua‟lam. Karena itu ada sebuah hadits terkait dengan masalah ini, Rasulullah ﷺ bersabda,
Setelah mereka mencicipi pohon terlarang tersebut, seketika itu pula aurat mereka tersingkap. Lalu mereka mencari dedaunan di surga untuk menutupi auratnya. Disaat itulah Allah menegur dan mengingatkan mereka akan larangan sebelumnya.
Tatkala keduanya telah merasakan pohon itu, nampaklah aurat keduanya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan dedaunan surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, "Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS. Al-Baqarah: 22)
Maka keduanya mengakui kesalahannya dan saat itu juga bertobat kepada Allah Ta‟ala sebagai bentuk ketundukan dan kerendahan di hadapan-Nya. Keduanya berdoa,
Maka Allah pun menerima taubatnya (QS. Al-Baqarah: 37)
Adam عليه السلام dan Hawwa Dikeluarkan dari Surga
Akibat perbuatannya melanggar perintah Allah, Adam عليه السلام dan Hawwa dikeluarkan dari surga. Allah Ta‟ala berfirman,
"Turunlah kalian, sebahagian kalian menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kalian mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan". (QS. Al-A’raf: 24)
Khitab (arah pembicaraan) ayat ini diarahkan kepada Nabi Adam عليه السلام, Hawwa dan Iblis, ada juga yang mengatakan termasuk juga ular yang ada bersama mereka. Mereka diperin tahkan untuk turun dari surga dalam keadaan saling bermu suhan (antara Adam dan Iblis).
Mengenai waktu dikeluarkannya nabi Adam عليه السلام dan Hawwa, sebagaimana disebutkan hadits sebelumnya adalah pada hari Jum‟at. Adapun di mana diturunkannya, ada bebe rapa versi pendapat dari para ulama. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Adam diturunkan di sebuah tempat bernama Dahna, terletak antara Mekah dan Tha‟if. Sedangkan Hasan Al-Basri, berpendapat bahwa Adam diturunkan di India, Hawwa di Jedah, Iblis di Destimyan, beberapa mil dari Basrah, sedangkan ularnya di Asfahan.
Perdebatan Antara Adam dan Musa عليه السلام
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
"احتجَّ آدمُ وموسى، فقال له موسى: يا آدمُ أنت أبونا خَيَّبتنا وأخرجتَنا من الجنة، قال له آدمُ: يا موسى اصطفاك اللهُ بكلامِه، وخطَّ لك بيدِه، أتلومُني على أمرٍ قَدَّره اللهُ عليَّ قبل أنْ يخلُقَني بأربعين سنةً؟ فحَجَّ آدمُ موسى."
"Adam dan Musa berdebat. Musa berkata kepada Adam: 'Wahai Adam, engkau adalah ayah kami. Engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga.' Maka Adam menjawab: 'Wahai Musa, Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya dan menulis Taurat untukmu dengan tangan-Nya. Apakah engkau mencelaku atas perkara yang telah Allah tetapkan kepadaku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?' Maka Adam pun mengalahkan Musa dalam hujahnya." (HR. Bukhari no. 6614, Muslim no. 2652)
َ Rasulullah ﷺ bersabda, Adam dapat mengalahkan argumen Musa.”
Seakan Adam berkata kepada Nabi Musa عليه السلام, "Dikeluarkan nya aku sebab memakan pohon bukan menjadi sebab dikeluar kannya kalian. Yang menyebabkan hal itu adalah ketentuan dan ketetapan-Nya sebelum aku diciptakan Allah Azza wa Jalla. Engkau mencelaku atas perkara yang tidak ada kaitannya dengan larangan kepadaku untuk makan pohon itu dan kemu dian aku memakannya. Dikeluarkannya kalian bukan sebab perbuatanku, aku tidak mengeluarkan diriku dan kalian dari surga, akan tetapi itu semua adalah ketentuan Allah dan per buatan-Nya, Dia memiliki hikmah dalam masalah itu."
Karena itu Adam عليه السلام dikatakan dapat mengalahkan argumen Musa.
Hadits diatas tidak boleh ditolak karena shahih dan muta watir. Namun juga tidak boleh bagi seseorang menjadikan hadits tersebut untuk menjadikan takdir Allah sebagai alasan untuk berbuat maksiat. Karena jika demikian akan lahir per buatan-perbuatan yang sangat buruk.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Jawaban Nabi Adam عليه السلام adalah menjadikan takdir sebagai argumen atas musibah yang menimpanya bukan kemaksiatan yang dilakukannya.
Beberapa Hadits Seputar Penciptaan Adam عليه السلام
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi ﷺ,
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ، جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ، وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ، وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ
"Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh permukaan bumi. Maka anak keturunan Adam pun lahir sesuai dengan jenis tanah tersebut: ada yang merah, putih, hitam, dan campuran di antaranya. Ada yang lembut dan ada yang keras. Ada yang buruk dan ada yang baik, serta ada yang di antara itu semua." (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Hibban; dinilai hasan sahih oleh at-Tirmidzi)
Rasulullah ﷺ bersabda,
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguh nya aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". (QS. Shaad: 71-71)
Imam Tirmizi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda,
''Ketika Allah menciptakan Adam, dia mengusap punggungnya. Lalu, dari punggungnya tersebut jatuhlah benih yang kemudian diciptakan anak keturunannya hingga hari kiamat. Di antara kedua mata setiap manusia terdapat seberkas cahaya, kemudian Dia memperlihatkan mereka kepada Adam. Lalu Adam bertanya, „Wahai Tuhan, siapakah mereka?‟ Dia menjawab, „Mereka adalah anak keturunanmu.‟ Kemudian Adam melihat seseorang yang berkas cahaya di antara kedua matanya menarik perhatiannya, lalu dia bertanya, „Wahai Tuhan, siapa dia?‟ Allah menjawab, „Dia adalah seseorang yang hidup di akhir masa anak keturunanmu, namanya Daud,‟ Adam berkata, „Wahai Tuhan, berapa usia yang Engkau berikan kepadanya?‟ Dia berkata, „Enam puluh tahun.‟ Adam berkata, „Wahai Tuhan, tambahkan umurnya dari umurku empat puluh tahun.”
Maka ketika umur Nabi Adam telah habis, Malakul-Maut (pencabut nyawa) datang kepadanya. Dia berkata, „Bukankah masih tersisa umurku empat puluh tahun?‟ Malaikat itu menjawab, „Bukankah telah engkau berikan kepada keturunanmu, Daud?” Adam menentang, maka di antara anak keturunannya ada yang menentang. Adam lupa maka di antara anak keturunannya ada yang lupa. Adam keliru, maka di antara anak keturunannya pun ada yang keliru.” (Riwayat Tirmizi, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Al-Jami‟ Ash-Shahih, no. 5208)
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi ﷺ bersabda,
خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا، ثُمَّ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ، فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، فَقَالُوا: السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، فَزَادُوهُ: وَرَحْمَةُ اللَّهِ، فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ، فَلَمْ يَزَلِ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الْآنَ
"Allah menciptakan Adam dengan tinggi 60 hasta. Kemudian Dia berfirman: 'Pergilah dan ucapkan salam kepada para malaikat, lalu dengarkan bagaimana mereka menjawabmu, karena itu akan menjadi salam bagimu dan keturunanmu.' Maka Adam berkata: 'Assalamu‘alaikum.' Mereka menjawab: 'Assalamu‘alaika wa rahmatullah.' Mereka menambahkan 'wa rahmatullah'. Maka setiap orang yang masuk surga akan berwujud seperti Adam. Dan makhluk terus berkurang ukurannya hingga sekarang." ( Abu Hurairah رضي الله عنه dan tercantum dalam Shahih al-Bukhari No. 3079)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah ﷺ bersabda,
إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ، اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي، يَقُولُ: يَا وَيْلَهُ، وَفِي رِوَايَةٍ: يَا وَيْلِي، أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ، فَلَهُ الْجَنَّةُ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ، فَلِيَ النَّارُ
"Jika anak Adam membaca ayat sajadah lalu dia sujud, maka setan menjauh sambil menangis dan berkata: 'Celakalah aku! Anak Adam diperintahkan sujud, lalu dia sujud, maka baginya surga. Aku pun diperintahkan sujud, namun aku enggan, maka bagiku neraka."( Abu Hurairah رضي الله عنه dan tercantum dalam Shahih Muslim no. 81)
Imam Malik meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab ra, pernah ditanya tentang ayat berikut,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ ۖ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab: 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: 'Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.'" (QS. Al-A‘raf ayat 172)
Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda ketika ditanya tentang ayat tersebut, 'Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam عليه السلام. Kemudian Dia mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya, darinya Dia keluarkan anak keturunannya. Lalu Dia berfirman,‟Aku ciptakan mereka untuk menjadi penghuni surga dan mereka akan beramal dengan amal penghuni surga.‟ Kemudian Allah mengusap punggung Adam, dan mengeluarkan darinya anak keturunannya, lalu Dia berkata, „Aku ciptakan mereka untuk menjadi penghuni neraka, dan mereka akan melakukan perbuatan ahli neraka.”
Seorang sahabat bertanya,'Wahai Rasulullah, (kalau begitu) apa gunanya amal?‟ Rasulullah ﷺ bersabda, „Jika Allah menciptakan seorang hamba untuk menjadi penghuni surga maka Dia akan menjadikan orang itu beramal dengan amal penghuni surga, dia tetap melakukan perbuatan penghuni surga hingga meninggal, lalu dia akan masuk surga. Dan jika Allah telah menciptakan penghuni neraka Dia akan menjadikan orang tersebut melakukan perbuatan penghuni neraka dan dia terus melakukan perbuatan penghuni neraka hingga kematiannya tiba dan kemudian dia akan masuk neraka.”
Ibnu Hibban meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Dzar, dia berkata,
“Aku berkata, „Wahai Rasulullah, berapa jumlah para Nabi?" Beliau bersabda, „Seratus dua puluh empat ribu.‟ Aku bertanya lagi, „Wahai Rasulullah, berapa jumlah para Rasul dari mereka?‟ Beliau menjawab, „Tiga ratus tiga belas, jumlahnya banyak.‟ Aku bertanya lagi, „Wahai Rasulullah, siapa yang pertama di antara mereka?‟ Beliau menjawab, „Adam.‟ Aku berkata, „Wahai Rasulullah apakah dia seorang Nabi yang diutus?‟ Beliau menjawab, „Ya, dia diciptakan oleh Allah dengan tangan-Nya kemudian ditiupkan ruh padanya kemudian setelah itu rupanya dibentuk.” (Riwayat Ahmad no. 5738)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits tentang kisah Isra‟ dan Mi‟raj,
“Rasulullah ﷺ menemui Adam di langit dunia. Lalu Adam berka ta kepadanya, „Selamat datang wahai anak yang saleh dan Nabi yang saleh,‟ Tetapi di sebelah kanan kirinya terdapat sekumpulan orang, apabila dia melihat orang-orang di sebelah kanannya, dia tertawa, akan tetapi apabila dia melihat orang-orang di sebelah kirinya, dia menangis. Kemudian Aku berkata, „Wahai Jibril, siapakah dia?‟ Jibril berkata, „Dia adalah Adam dan mereka adalah anak keturunannya. Jika dia melihat sebelah kanannya –yang mereka adalah penghuni surga- maka dia tertawa, sedangkan jika dia melihat sebelah kirinya –yang mereka adalah penghuni neraka-, dia menangis."
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim terdapat sebuah riwayat, Rasulullah ﷺ bersabda,
خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ، طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا، فَلَمَّا خَلَقَهُ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ، فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ، فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ. فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ. فَقَالُوا: السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَزَادُوهُ: وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ، فَلَمْ يَزَلِ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدُ حَتَّى الآنَ.
Kisah Dua Anak Adam عليه السلام; Qabil dan Habil
Nabi Adam عليه السلام diberikan keturunan secara silang. Mak sudnya dengan sekali mengandung istrinya melahirkan kem bar dua, laki-laki dan perempuan. Kelahiran pertama adalah Qabil dan saudara perempuannya, sedangkan yang dilahirkan berikutnya adalah Habil dan saudara perempuannya.
Kemudian Adam memerintahkan perkawinan silang, yaitu agar anak laki-lakinya menikahi kembaran perempuan sauda ranya. Qabil diperintahkan untuk menikahi kembaran Habil dan Habil diperintahkan menikahi saudara perempuan Qabil. Namun Qabil lebih memilih saudara perempuan kembarannya sendiri untuk dinikahi karena dia lebih cantik, karenanya dia menolak perintah Adam عليه السلام.
Lalu Adam memerintahkan keduanya agar masing-masing menyerahkan qurban. Habil menyerahkan seekor domba gemuk, karena beliau memiliki ternak domba. Sedangkan Qabil mengorbankan hasil tanaman yang sudah buruk. Kemudian turunlah api melumatkan qurban yang dipersembahkan Habil (sebagai tanda bahwa qurbannya telah diterima) dan mem biarkan qurban yang dipersembahkan Qabil (sebagai tanda bahwa qurbannya tertolak). Qabil marah dan berkata, "Aku pasti membunuhmu!"
Sebagaimana Allah Ta'ala kisahkan dalam Al-Quran,
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ ۖ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
"Dan bacakanlah kepada mereka kisah dua putra Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah satu dari mereka dan tidak diterima dari yang lain. Ia (yang tidak diterima) berkata: 'Aku pasti akan membunuhmu!' Yang lain menjawab: 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.'"(QS. Al-Maidah: 27)
Habil sendiri tidak meladeni niat buruk Qabil. Dia tidak ingin melakukan hal yang sama sebagaimana keinginan Qabil, karena dirinya takut kepada Allah. Hal tersebut menunjukkan keluhuran budinya dan takutnya kepada Allah Ta'ala. Habil berkata sebagaimana Allah Ta'ala kisahkan,
Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam. (QS. Al-Ma’idah: 28)
Akhirnya Qabil memenuhi hawa nafsunya dengan membu nuh Habil. Namun setelah itu dia menyesal dan tidak tahu apa yang harus diperbuat terhadap jenazah adiknya. Maka ia membawa jenazah sang adik di atas punggungnya ke sana kemari. Kemudian Allah mengutus dua burung gagak yang berkelahi. Yang satu berhasil membunuh yang lain. Setelah itu, burung tersebut turun ke tanah dan menggali lubang kemudian meletakkan burung yang mati di lubang tersebut kemudian menimbunnya dengan tanah. Maka setelah itu Qabil mendapat kan inspirasi untuk meniru apa yang dilakukan burung gagak tersebut.
Firman Allah Ta'ala,
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharus nya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, "Celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (QS. Al-Ma’idah: 31)
Rasulullah ﷺ bersabda,
Nabi Adam عليه السلام sangat sedih atas peristiwa yang terjadi pada Habil. Namun demikian setelah itu Adam عليه السلام dikaruniakan keturunan yang sangat banyak. Ada yang mengatakan bahwa anaknya berjumlah empat puluh dari dua puluh kelahiran. Ada pula yang mengatakan bahwa isterinya melahirkan sebanyak seratus dua puluh kali. Setiap kali melahirkan, anaknya terdiri dari dua pasang anak laki-laki dan perempuan. Hal tersebut dimungkinkan karena usia Adam mencapai ratusan tahun. Diriwayatkan bahwa setelah melahirkan anak yang bernama Syits, dia berusia seratus tiga puluh tahun, dan setelah itu masih hidup hingga delapan ratus tahun.
Kemudian dari anak-anaknya tersebut lahirlah cucu cucunya dan seterusnya hingga tersebarlah umat manusia hingga sekarang.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
Wasiat Adam عليه السلام kepada Anaknya; Syits عليه السلام
Syits dari segi bahasa artinya pemberian. Dinamakan demikian, karena Syits dilahirkan setelah terbunuhnya Habil.
Syits juga digolongkan sebagai para nabi, berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ. Keturunan Nabi sekarang ini seluruhnya kembali kepada Syits, sebab keturunan anak Adam dari anak anak yang lainnya telah punah.
Menjelang ajalnya, Nabi Adam عليه السلام mengajarkan Syits waktu-waktu malam dan siang, kemudian dia mengajarkannya ibadah pada waktu-waktu itu. Kemudian diapun mengajarkan datangnya badai pada waktu-waktu tertentu.
Nabi Adam عليه السلام Wafat
Nabi Adam عليه السلام wafat pada hari Jum‟at. Para malaikat datang membawa wewangian dan kain yang berasal dari surga. Mere ka berta‟ziah kepada anak keturunannya dan kepada peme gang wasiatnya, yaitu Syits عليه السلام.
Mengenai tempat dikuburkannya, para ahli sejarah memiliki beberapa versi. Ada yang mengatakan bahwa dikuburkan di tempat dia diturunkan, yaitu di sebuah gunung di India. Ada juga yang mengatakan bahwa dia dikubur di Jabal Abu Qubais di Mekah. Ada pula yang mengatakan bahwa pada masa Nabi Nuh عليه السلام ketika terjadi banjir bah, dia membawa jenazah Adam dan Hawwa dalam peti, kemudian dikuburkan di Baitul Maqdis.
Sedangkan usianya saat wafat diperkirakan mencapai 1000 tahun.
Next
ReplyDeleteBujur
DeleteMauk
ReplyDelete